Kisah Patahan Nisan Milik Tan Tjien Kie, Tokoh Tionghoa Cirebon
Kisah Patahan Nisan Milik Tan Tjien Kie, Tokoh Tionghoa Cirebon

Cirebon - Patahan nisan makam Tionghoa tergeletak di depan rumah salah seorang warga di Kampung Dukuh Semar, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jabar. Ukurannya tak terlalu besar, sekitar setengah motor. Kondisinya kotor.
Tak sedikit pun mengundang perhatian orang yang melintas, lantaran bentuk patahan nisan itu secara kasat mata memang biasa saja. Sama seperti patahan nisan lainnya. Ternyata keliru. Karena patahan nisan itu merupakan bagian dari sejarah Cirebon.
Ya, nisan tersebut merupakan nisan dari makam orang yang berpengaruh di Cirebon. Namanya Tan Tjien Kie. Makam Tan Tjien Kie berada di tengah-tengah pemukiman warga. Makamnya tertindih bangunan rumah warga, sedangkan patahan nisannya berada persis di samping rumah warga tersebut.
Salah seorang warga, Panji (32) mengatakan, menjelang tahun 2000 makam Tan Tjien Kie mulai tertutup perkampungan. Bangunan-bangunan rumah warga mulai berdiri.
"Waktu saya kecil masih ada (makam Tan Tjien Kei). Sekarang mah sudah tidak ada. Sudah tertutup bangunan," katanya saat berbincang dengan detikcom di Kampung Dukuh Semar, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/3).
Panji mengaku warga sekitar memang mengetahui adanya makam tokoh Tionghoa. Selain itu, sekitar tahun 1990, tak sedikit warga Tionghoa berziarah ke makam Tan Tjien Kie, sebelum makamnya tertutup bangunan rumah.
"Warga tahu kalau ada makam. Tapi kan sudah jadi pemukiman. Kadang ada masyarakat Tionghoa yang nanya, sampai sekarang masih ada yang nanya," ucap Panji.
Mengenal Sosok Tan Tjien Kie
Tan Tjien Kie, tokoh masyarakat Cirebon pada masa kolonial. Sosok Tionghoa yang kaya raya dan berjiwa sosial tinggi. Masyarakat Tionghoa memang memiliki peran penting sejak era Sunan Gunung Jati. Bahkan, Sunan Gunung Jati pun menikahi putri cantik asal Tiongkok yaitu Ong Tien.
Sedangkan Tan Tjien Kie hidup di masa kolonial. Menurut Nurdin M Noer, budayawan Cirebon, Tan Tjien Kie seorang filantropis yang memiliki ribuan hektare tanah, rumah mewah dan pabrik gula.
Tan Tjien Kie tercatat sebagai anggota militer dan diangkat sebagai letnan tituler pada 1884. Tan Tjien Kie merupakan sosok yang banjir penghargaan saat masa Pemerintahan Hindia Belanda.
Pada 1913 pangkatnya naik menjadi mayor tituler. Tan Tjie Kie ini memiliki pengaruh dalam bidang politik dan militer di Cirebon waktu itu. Enam tahun setelah diangkat menjadi mayor tituler, Tan Tjien Kie wafat. Tepatnya pada Kamis, 13 Februari 1919 di Kampung Dukuh Semar, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat.
"Konsulat Jendral dari Tiongkok pada waktu itu ikut melayat. Banyak yang melayat, gubernur, sultan dan lainnya. Tan Tjie Kie orang kaya yang memiliki pengaruh politik dan militer," kata Nurdin kepada detikcom, Selasa (19/3).
Dia menyebutkan salah satu rumah mewah Tan Tjien Kie berada di kawasan Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jabar. Ukurannya luas, memiliki nama Gedong Binarong.
"Gedong Binarong itu salah satu istananya. Kemudian beberapa pabrik gula ia kelola," ucap Nurdin.
Tak hanya itu, lanjut Nurdin, Tan Tjien Kie membangun sejumlah fasilitas umum, seperti rumah sakit yang bertransformasi menjadi Rumah Sakit Gunung Djati, Vihara Winaon di Kota Cirebon, dan sekolah Tionghoa.
"Tan Tjien Kie ini penghubung antara masyarakat Tionghoa dengan pemerintah Hindia Belanda," ujar Nurdin.
Tak sedikit pun mengundang perhatian orang yang melintas, lantaran bentuk patahan nisan itu secara kasat mata memang biasa saja. Sama seperti patahan nisan lainnya. Ternyata keliru. Karena patahan nisan itu merupakan bagian dari sejarah Cirebon.
Ya, nisan tersebut merupakan nisan dari makam orang yang berpengaruh di Cirebon. Namanya Tan Tjien Kie. Makam Tan Tjien Kie berada di tengah-tengah pemukiman warga. Makamnya tertindih bangunan rumah warga, sedangkan patahan nisannya berada persis di samping rumah warga tersebut.
"Waktu saya kecil masih ada (makam Tan Tjien Kei). Sekarang mah sudah tidak ada. Sudah tertutup bangunan," katanya saat berbincang dengan detikcom di Kampung Dukuh Semar, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/3).
"Warga tahu kalau ada makam. Tapi kan sudah jadi pemukiman. Kadang ada masyarakat Tionghoa yang nanya, sampai sekarang masih ada yang nanya," ucap Panji.
Mengenal Sosok Tan Tjien Kie
Tan Tjien Kie, tokoh masyarakat Cirebon pada masa kolonial. Sosok Tionghoa yang kaya raya dan berjiwa sosial tinggi. Masyarakat Tionghoa memang memiliki peran penting sejak era Sunan Gunung Jati. Bahkan, Sunan Gunung Jati pun menikahi putri cantik asal Tiongkok yaitu Ong Tien.
Sedangkan Tan Tjien Kie hidup di masa kolonial. Menurut Nurdin M Noer, budayawan Cirebon, Tan Tjien Kie seorang filantropis yang memiliki ribuan hektare tanah, rumah mewah dan pabrik gula.
Tan Tjien Kie tercatat sebagai anggota militer dan diangkat sebagai letnan tituler pada 1884. Tan Tjien Kie merupakan sosok yang banjir penghargaan saat masa Pemerintahan Hindia Belanda.
Pada 1913 pangkatnya naik menjadi mayor tituler. Tan Tjie Kie ini memiliki pengaruh dalam bidang politik dan militer di Cirebon waktu itu. Enam tahun setelah diangkat menjadi mayor tituler, Tan Tjien Kie wafat. Tepatnya pada Kamis, 13 Februari 1919 di Kampung Dukuh Semar, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat.
"Konsulat Jendral dari Tiongkok pada waktu itu ikut melayat. Banyak yang melayat, gubernur, sultan dan lainnya. Tan Tjie Kie orang kaya yang memiliki pengaruh politik dan militer," kata Nurdin kepada detikcom, Selasa (19/3).
"Gedong Binarong itu salah satu istananya. Kemudian beberapa pabrik gula ia kelola," ucap Nurdin.
Tak hanya itu, lanjut Nurdin, Tan Tjien Kie membangun sejumlah fasilitas umum, seperti rumah sakit yang bertransformasi menjadi Rumah Sakit Gunung Djati, Vihara Winaon di Kota Cirebon, dan sekolah Tionghoa.
"Tan Tjien Kie ini penghubung antara masyarakat Tionghoa dengan pemerintah Hindia Belanda," ujar Nurdin.
Tidak ada komentar